Selasa, 06 Agustus 2013

Ary Ginanjar | Indahnya Lailatul Qadar

Ary Ginanjar : ALKISAH ada dua orang yang beritikaf. Orang pertama, dia mendapatkan pengalaman spiritual. Ketika itu malam tiada angin, dan paginya ada rembulan berwarna putih, ciri-ciri lailatul qadar. Kemudian dia merasakan sesuatu yang luar biasa.
Sedangkan orang kedua, dia tidak merasa mendapatkan pengalaman spiritual yang menggetarkan atau melihat sesuatu yang luar biasa seperti cahaya rembulan yang sejuk tapi tidak menyilaukan.

Kemudian setelah selesai itikaf tersebut, tiga bulan kemudian, orang yang pertama melanggar perintah Allah atau tidak patuh pada-Nya. Yang satu lagi merasa tidak mendapat lailatur qadar, dia tetap menjadi orang yang saleh dan bertakwa.

Jadi, siapa yang sebenarnya mendapat lailatul qadar ?

Tapi yang pasti, kita harus ingat bahwa Rasulullah SAW mengatakan,” Innama bu’itstu liutammima makarimal akhlaq.” Artinya, Sesungguhnya aku diutus Tuhan untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.

Karena itu, output tujuan lailatul qadar tentu saja mendapatkan rahmat dan barokah yang dijelaskan para ulama, tapi pada akhirnya adalah akhlak kita.

Saya salut jika banyak yang itikaf, membaca Al Qur’an dan berdzikir supaya mendapatkan rahmat dan barokahnya di puncak bulan suci Ramadhan.
Yang pasti, puncak bulan suci Ramadhan ditunggu dan dinantikan oleh orang yang beriman dan bertakwa, dan kita harus mendapatkannya.

Ciri-ciri orang yang mendapat kebenaran, ketika melihat lautan yang biru dan luas berucap subhanallah. Ketika melihat gunung yang tinggi menjulang, kita merasa kecil tak berarti berucap subhanallah.
Ketika Nabi Musa melihat gunung Tursina pecah ucapanya, “Subhanaka tubtu ilayka wa anna awwalul Mu'mineen,” (Maha Suci Engkau Tuhanku, kami minta ampun, sesungguhnya kami orang pertama yang beriman).
Artinya, bahwa ketika manusia mendapatkan kebenaran yang di-iyakan oleh hatinya, maka sadar atau tidak sadar ucapannya subhanallah. Ketika kisah Isra Mi’raj,”Subhanallazi Asro bi'abdihi laylam minal masjidil harom mi ilal masjidil aqsho.” Selalu ada Subhanallah.

Seperti juga kisah Nabi Musa AS berkata kepada Allah,” Ya Tuhanku perlihatkan kepadaku agar aku bisa melihatMu.” Kemudian dijawab,”Musa, engkau tidak bisa melihatKu. Lihatlah gunung Tursina itu, kalau engkau bisa melihatnya engkau akan bisa melihatKu.”

Ketika manusia menemukan kebenaran maka ucapannya Subhanallah. Jadi, ketika kita mendapatkan malam lailatul qadar maka ucapannya adalah subhanallah. Ada banyak jalan meraih lailatul qadar, ada yang cepat, ada yang berliku. Tapi yang pasti jarak manusia dengan Allah sangat dekat.
Artinya, kondisi hati dan mental pada saat itu siap untuk menjadi landasan mendaratnya rahmat lailatul qadar. Bagaimana hati yang siap didarati oleh lailatul qadar? Karena kalau hati tidak siap, dia akan singgah di sebelah kiri kanan kita yang lebih siap.

Mari kita lihat bagaimana fenomena ketika Nabi Muhammad berjumpa dengan Allah. Itu dibaca di dalam tahiyat awal dan tahiyat akhir. “Attahiyatul mubarakatus solawatut taiyibatu lillah.”
Itu bukan ucapan biasa, tapi ucapan mata yang melihat dan hati yang membenarkan. Mungkin kita membacanya ringan, tapi bayangkan bagaimana Rasulullah ketika berjumpa dengan Allah, kira-kira bagaimana cara beliau mengucapkannya, apakah dengan tenang atau bergetar ?
Fenomena ketika Nabi Muhammad berjumpa dengan Allah. Maka pada saat itu Allah menjawab,” Assalaamu 'alayka ayyuhan-Nabiyyi warahmatullaahi wabarakaatuh.”
Saat itu kondisi dimana Allah mengakui Nabi Muhammad dan kemudian memberikan curahan rahmat dan barokah. Tetapi Nabi Muhammad SAW apakah terima sendiri ataukah ingat umatnya? Beliau lalu membalasnya,” Assalaamu 'alyna wa 'ala 'ibaadillaahis saaliheen.”

Pertanyaannya adalah, bisakah kita mendapatkan fenomena itu (ber isra mi’raj) ? Lantas apa hubungannya dengan lailatul qadar? Inilah yang harus sama-sama kita renungkan.

Banyak berbagai cara yang mungkin para ulama mengajarkan. Tetapi saya tertarik dengan beberapa kisah pencarian para nabi terhadap Allah.
Misalnya, kisah Nabi Ibrahim AS yang juga mencari, diapun meminta,” Ya Tuhanku tunjukkan kepadaku, agar aku bisa bagaimana menghidupkan orang mati?”
Allah menjawab,”Kamu tidak yakin?” Nabi Ibrahim membalas,”Tapi aku ingin keyakinan yang menghujam kedalam qalbu.” Allah berkata,”Ambil seekor burung lalu cincang olehmu lalu letakkan di puncak bukit itu.”

Nah, seandainya kita melihat fenomena itu, apa yang terjadi dengan hati kita. Pastilah kita akan tersungkur dan mengatakan,” Innallaha 'azizul hakim.” Dengan cara seperti itu, tauhid masuk ke dalam hati Ibrahim. Fenomena Nabi Musa juga ketika dia mengatakan,” Tuhanku perlihatkan, agar aku bisa melihatMu ?”

Akan tetapi kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW yang tidak akan bisa melihat laut merah terbelah seperti kisah Nabi Musa AS, kita bukan hidup di zaman Nabi Ibrahim yang melihat bagaimana api yang dingin ketika dia dibakar.
Kita adalah umat Nabi Muhammad SAW, yang juga membutuhkan sebuah inspirasi keyakinan yang menghujam di dalam hati. Dalam keheningan malam lailatul qadar, kalau itu yang didapat tersungkurkah kita?

Inilah sebuah kesadaran, “siapa saya, dimana saya, dan mau kemana saya?” Itulah pikiran orang-orang yang sedang mencari kebenaran.
Subhanallah, kalau pertanyaan ini tidak dijawab maka manusia akan mengalami spiritual patalogis, atau sakit jiwa spiritual.
Meskipun kita dapat harta setinggi gunung, meskipun kita punya uang berlimpah ruah, posisi apapun yang kita miliki sebelum mampu menjawab pertanyaan Ilahi ini, manusia akan menderita kekeringan yang luar biasa.

Apakah jawabannya ? Untuk jawaban siapa saya, jawabannya adalah ayat pertama yang diturunkan kepada manusia,” Iqra bismi Rabbika Alladhi Khalaq. khalaqal insana min 'alaq, Iqra Warobbukal Akrom, Alladzi 'allama bil qalam, allamal insana malam yalam.”

Rindu Mencari Jawaban

Bayangkan, seorang manusia diusia 35 tahun, saat itu dia tidak mau terbawa lingkungan penyembah latta dan uzza. Dia tidak mau mengikuti tuhan-tuhan yang ada di kota Mekah. Dia tidak mau mengikuti ajaran nenek moyang yang membunuh anak-anak wanita apabila dilahirkan, yang hidupnya penuh kemaksiatan.
Dia dibesarkan tanpa ayah dan ibunya meninggal pada saat dia berusia 7 tahun. Menikah di usia 25 tahun dengan wanita yang cantik jelita, terkaya dan semua laki-laki suka padanya.  Setelah menikah dia mulai berpikir tentang arti kebenaran dan siapa sesungguhnya kebenaran itu.

Maka dia tidak mengikuti ajaran-ajaran yang ada di kota Mekah, tetapi lebih suka pergi ke gua Hira’. Berpikir dibalik pergantian siang dan malam, berpikir di antara bulan dan bintang gemintang. Berpikir dengan hatinya yang ummi dan jernih,” Duhai siapa dibalik ini semua ?”

Dia tidak mau mengikuti orang-orang Mekah itu. Bukan seperti itu, dia berpikir, berpikir dan berpikir. Di setiap bulan Ramadhan dia ada di gua Hira, melihat rembulan di kegelapan malam dia merenung. Siang hari dia melihat Mekah dari kejauhan.

Bayangkan ketika seorang rindu akan pencarian sebuah jawaban, dan itu dikejar dalam jangka waktu usia 35 tahun hingga di usia 40 tahun. Maka bisa dibayangkan kalau kita ada di gua Hira itu berpikir dan tidak mendapat jawaban, “aku tidak mau ikut kaum jahiliyah itu, aku tidak mau menyembah berhala itu.”

Maka pada saat puncak pencarian itu, pertanyaan itu dijawab dan datanglah Jibril, “Muhammad, Iqro” Jawab Muhammad,” aku tidak bisa membaca” Jibril lalu menjelaskan, “Iqra bismi Rabbika Alladhi Khalaq. khalaqal insana min 'alaq, Iqra Warobbukal Akrom, Alladzi 'allama bil qalam, allamal insana malam yalam.”

Tak ada kata lain, ketika pertanyaan itu dijawab,”Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Tuhanmu lah yang maha pemurah yang mengajarkan manusia dengan perantaraan qalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Ary Ginanjar - Pendiri ESQ Leadership Center

Diringkas dari acara tausiyah di Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Sabtu (3/8/2013) malam
Diambil dari Pelitaonline.com 

Senin, 29 Juli 2013

Ary Ginanjar | Tokoh Integritas Nasional


Ary Ginanjar Agustian, Joko Widodo, Komaruddin Hidayat, Mahfud MD, Abraham Samad, Dahlan Iskan dan Anies Baswedan dinobatkan sebagai tujuh tokoh Indonesia yang dinilai memiliki integritas nasional yang tinggi berdasarkan penilaian Indeks Persepsi Integritas (IPI) oleh Komunitas Pengusaha Antisuap Indonesia (Kupas)

Penghargaan itu diberikan Kupas berdasarkan hasil survei terhadap persepsi masyarakat atas integritas tokoh-tokoh nasional. Integritas dalam bahasa Indonesia bermakna mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Sedangkan integritas nasional bermakna wujud keutuhan prinsip moral dan etika bangsa dalam kehidupan bernegara.

Dalam memberikan penghargaan ini Kupas telah menetapkan tujuh persyararatan sebagai tolak ukur bagi yang layak menerima penghargaan tersebut. “Tokoh yang menerima penghargaan haruslah yang jujur, bertanggung jawab, visioner, disiplin, mampu bekerja sama, adil, dan peduli,” ujar Direktur Eksekutif Kupas Susi Rai

Pada penghargaan tersebut Motivator Ary Ginanjar Agustian berhasil mendapatkan nilai tertinggi yakni 8,55. Disusul Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang mendapatkan nilai 8,3. Mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat memperoleh nilai 8,23. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD memperoleh nilai 8,16.

Sementara Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad mendapatkan nilai 8,03. Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mendapatkan nilai 7,91. Dan Rektor Universitas Paramadina sekaligus pengagas Indonesia Mengajar Anies Baswedan mendapatkan nilai 7,59.

Menanggapi hal ini, Ketua Dewan Penasihat Kupas Agum Gumelar menegaskan, kegiatan ini merupakan upaya dalam mencegah pidana korupsi yang marak dilakukan serta sebagai langkah-langkah nyata untuk meningkatkan integritas bangsa.

“Diperlukan langkah-langkah perbaikan moral untuk memberantas tindak korupsi dan kekerasan,” sahut Agum

Diambil dari infopublikDOTcom

Jumat, 19 Juli 2013

Ary Ginanjar | Partisipasi ESQ dalam transformasi karakter dan budaya bangsa

Memasuki tahun ke Tiga belas perjalanan ESQ Leadership Center (ESQ LC) yang dipimpin Ary Ginanjar, telah memberikan banyak kontribusi dalam percepatan transformasi karakter dan budaya bangsa melalui metode ESQ Way 165. Alumni training ESQ yang mencapai lebih dari 1,2 juta alumni ini berkumpul untuk menyatukan semangat mencapai visi bersama yaitu Indonesia Emas 2020, di Menara 165, Cilandak, Jakarta Selatan, pada 16 mei lalu.

Acara ini diisi dengan seminar-seminar dan pameran produk alumni yang dipadati ratusan orang baik alumni maupun umum dari jakarta dan sekitarnya, sedang pada malam harinya, acara seremonial yang mengusung tema "Membangun Generasi Emas Indonesia" ini dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa didampingi istri, Oktiniwati Ulfa Dariah Rajasa.


Hatta mengapresiasi kiprah ESQ yang mampu menghimpun alumni hingga mencapai lebih dari 1,2 juta orang, baik di tanah air maupun mancanegara.
“Saya meyakini melalui pendekatan ESQ 165 (1 Ihsan, 6 Rukun Iman, 5 Rukun Islam), kehidupan kita lebih bermakna dan bernilai,” tutur Hatta.
Hatta mengutarakan, “Mengapa ketika manusia sudah memiliki instrumen yang diberikan Allah dan bangsa Indonesia menjadi umat Islam terbesar, tetapi sumber daya manusianya masih lemah?” Menurutnya, itu dikarenakan belum memiliki SDM yang unggul. Indonesia akan menjadi bangsa yang unggul ketika manusianya memiliki karakter yang unggul.

Untuk menggapai Indonesia Emas 2020 bukan tanpa tantangan. “Kita melihat fenomena global saat ini, menurunnya perekonomian negara-negara barat. Barangkali inilah yang di dalam Al Quran dikatakan kemajuan dan peradaban bangsa-bangsa dipergilirkan. Saya meyakini ini bukan tanda pergeseran ekonomi, tapi tanda terjadinya pergeseran peradaban,” urai Hatta.

“Kita memiliki visi Indonesia Emas 2020. Saya menyebutnya dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yaitu visi Indonesia di tahun 2025. Kekuatan kita ada di SDM. Sumber daya alam juga penting, tapi tetap kuncinya ada di manusianya,” jelas Hatta.
Hatta menilai, MP3EI yang dicanangkan pemerintah memiliki persamaan dengan Indonesia Emas 2020. “Insya Allah dengan konsep tersebut kita mencapai visi 2020 membangun generasi emas Indonesia. Pada tahun 2025 kita akan mencapai kesejahteraan, tapi kembali lagi kunci kita adalah kerja keras membangun manusia-manusia yang unggul,” jelasnya.
Menurut Hatta, apa yang dikerjakan ESQ adalah membangun peradaban yang mulia dengan karakter 7 Budi Utama (jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil, peduli). Pada akhirnya, lanjut Hatta, Indonesia akan menjadi bangsa yang unggul.

“Bukankah kita pernah menjadi bangsa yang unggul? Di abad ke-7, Sriwijaya adalah the Kingdom yang sangat besar. Abad ke-14 ada yang disebut dengan Majapahit. Sekarang abad ke-21, saya yakin pada abad ini akan ada Indonesia raya yang unggul, bermartabat, adil dan sejahtera rakyatnya,” jelasnya.
“Kita akan mencapai sasaran kita, mulai dari 2020 atau 2025. Kita akan menyaksikan generasi yang lahir dari ESQ ini, generasi yang tangguh dan termotivasi,” tutup Hatta.

Sementara itu, Ary Ginanjar selaku Founder ESQ LC menegaskan, apa yang ESQ lakukan selama 13 tahun adalah demi lahirnya sebuah impian bangsa, yaitu Indonesia Emas. “Kita membagi menjadi tiga tahapan; pertama Indonesia Emas 2020, yaitu Indonesia berkarakter. Kedua Indonesia Emas 2030, yaitu Indonesia sejahtera. Ketiga Indonesia Emas 2045, yaitu Indonesia adi daya (Ultah kemerdekaan Indonesia yang ke-100),” paparnya.
Senada dengan Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Ary Ginanjar juga meyakini jika suatu saat nanti Indonesia akan menjadi bangsa besar yang memiliki kekuatan di bidang ekonomi. Namun sebelum itu terjadi, Indonesia harus memiliki karakter yang unggul, yaitu 7 Budi Utama.

Semoga dengan semangat bangkit dengan budi utama yang diusung oleh ESQ Ary Ginanjar, dan semangat bangkit dari seluruh unsur masyarakat dapat mempercepat transformasi karakter, ekonomi serta power bangsa dimana Indonesia akan menjadi Indonesia berkarakter pada 2020, Indonesia Sejahterah pada 2030 dan Indonesia Adidaya pada 2045.

Salam Indonesia Emas!

Selasa, 16 Juli 2013

Ary Ginanjar | Membangun Generasi Indonesia Emas 2020


Ary Ginanjar Agustian | Sebagai tokoh pembangunan karakter, Ary Ginanjar kembali menggagas program membangun generasi emas melalui training motivasi ESQ. Training Membangun Generasi Emas ini bertujuan untuk memberikan semangat kepada remaja indonesia yang baru menyelesaikan pendidikan sekolah menengah, agar memiliki optimisme untuk maju serta kemauan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.



Lebih luas lagi, training ini bertujuan untuk mencapai visi mulia dari lembaga ESQ Leadership Center yang di gagas oleh Ary Ginanjar, yaitu mewujudkan Indonesia Emas 2020, dimana kelak diharapkan Indonesia memiliki karakter yang mulia, karakter tangguh yang akan membuat Indonesia menjadi sejahtera.

Melalui visi Indonesia Emas 2020 yang dicanangkan Ary Ginanjar, diharapkan kelak masyarakat Indonesia akan menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan yaitu 7 budi utama esq (jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama adil dan peduli). Dengan budi utama yang akan menjadi karakter bangsa ini, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang hebat, yang disegani dan diperhitungkan oleh bangsa lain, sehingga akan terwujud Indonesia yang lebih baik dan sejahtera.

Budi utama akan menjadi ciri khas atau karakter dari masyarakat Indonesia, yang akan membawa Indonesia menjadi bangsa yang besar dan bermartabat sehingga kelak Indonesia mampu menjadi negara adidaya pada tahun 2045.

Dengan berlandaskan semangat membangun Indonesia Emas, yaitu Indonesia berkarakter pada tahun 2020, Indonesia sejahtera pada tahun 2030 dan Indonesia Adidaya pada tahun 2045, Ary Ginanjar mengajak pemuda bangsa untuk memiliki motivasi, semangat dan keinginan untuk maju dan merubah wajah bangsa.
Indoneisa Emas, Indonesia bercahaya dan mulia, dengan masyarakat yang memiliki karakter yang tangguh didalamnya, akan tercipta melalui semangat calon pemimpin bangsa masa depan, yaitu para remaja, generasi muda, generasi Indonesia Emas.

Bagi anda remaja Indonesia yang baru saja lulus dari sekolah menengah atas, Ary Ginanjar mengajak anda untuk bergabung dalam training membangun generasi emas, yang akan dilaksanakan pada hari kamis tanggal 18 Juli 2013 dari jam 7 pagi hingga 5 sore. Training ini dipersembahkan khusus secara cuma - cuma untuk para calon pemimpin bangsa masa depan.

Selamat mengikuti!